Scroll untuk baca artikel
Girl in a jacket
Pendidikan

Pelajari Sejarah Sejak Dini, Peserta Didik TK Pembina Rengasdengklok Antusias Simak Materi Peristiwa Rawagede

7
×

Pelajari Sejarah Sejak Dini, Peserta Didik TK Pembina Rengasdengklok Antusias Simak Materi Peristiwa Rawagede

Sebarkan artikel ini
Pelajari Sejarah Sejak Dini, Peserta Didik TK Pembina Rengasdengklok Antusias Simak Materi Peristiwa Rawagede

Karawang, RADENMEDIA.ID – Peristiwa 9 Desember 1947, menjadi tragedi bagi warga Desa Rawagede. Insiden pagi hari di desa yang terdapat di pedalaman Karawang, Jawa Barat, itu bahkan menjadi salah satu periode sensitif untuk dibahas Pemerintah Indonesia dan Belanda. Bahkan hingga kini, 69 tahun pasca terjadinya kejadian itu. Rabu, (25/1/23).

Kala itu, selepas subuh, serdadu Belanda dari unit Depot Speciale Troepen (DST) pimpinan Mayor Alphons Wijman, menggedor rumah-rumah warga. Mereka memburu petarung republik, Kapten Lukas Kustaryo.

Rekrutment

Namun, karena tak ada jawaban yang dikehendaki, satu per satu warga laki-laki yang berusia di atas 14 tahun dihabisi. Angka pembantaiannya pun terhitung fantastis, melebihi 400 jiwa.

Kisah pilu itu menjadi topik pembelajaran sekelompok bocah dari TK Pembina Rengasdengklok Karawang, di depan para siswa, oleh Kepala Sekolah, Ilah Susilawati.

Sukarman mengisahkan rangkaian peristiwa yang menghabiskan ratusan nyawa tersebut.

Sementara para siswa, mendengarkan secara serius kisah berdarah itu. Tak ada kesan seram, meski pemaparan dilakukan di tengah-tengah kuburan para korban yang berada di belakang Monumen Rawagede di Desa Balongsari, Karawang. Sebaliknya, hanya antusiasme para siswa yang mendengarkan kisah sejarah memilukan itu.

Meski harus diakui baru sedikit yang mereka pahami tentang satu keping kisah di masa revolusi (1945-1949) fisik itu. Seperti yang  dikatakan oleh Kepala Sekolah TK Pembina Rengasdengklok Ilah Susilawati, yang ditemui Awak Media.

“Yang diceritain tadi, cerita pembantaian oleh Belanda. Banyak yang mati,“ ungkapnya kepada awak media saat ditanya pelajaran apa yang didapatnya disini, pada Rabu (25/1/23).

Ketika diminta menggambarkan siapa Kapten Lukas Kustaryo pun, itu hanya tahu ala kadarnya. “(Kapten) Lukas yang diuber-uber Belanda di sini,“ lanjutnya.

Sementara Sukarman sebagai Tutor dari sejarah tersebut, mengaku kegiatan seperti ini sering dilakukan atas permintaan sekolah-sekolah. Sejak kasus Rawagede heboh di Belanda dan di Tanah Air, Monumen Rawagede yang rampung dibangun pada 1995 itu, ramai didatangi para pelajar dari luar kota, serta luar Pulau Jawa.

“Sejak kasusnya ramai 2012 lalu, mulai banyak pelajar yang berkunjung. Bahkan, hingga dari Ambon sana,“ terang Sukarman.

Sukarman menyebut, sebanyak 181 makam terdapat di sekitar Monumen Rawagede.

“Monumen ini selesai dibangun 1995, tapi makam-makamnya yang berjumlah 181 di sini, dipindah ke sini dari dekat rumah keluarga masing-masing sejak 1951,” tandasnya.

(Reynaldi)